Jumat, 20 November 2015

Konflik Palestina- Israel di jalur Gaza

Konflik Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas, adalah konflik yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina.
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular.
Israel adalah negara yg didirikan untuk kaum Yahudi. Kaum Yahudi adalah kaum yang tidak memiliki tanah air dan tersebar d seluruh penjuru dunia.Karena kasus Holocoust yg dialami kaum yahudi oleh Nazi Jerman, d putuskan memberikan tempat bagi kaum yahudi untuk bertempat tinggal.
Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 1948, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi mrk lebih memilih Palestina. Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina, bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki keterikatan historis dengan Palestina , akhirnya mereka berbondong-bondong datang ke Palestina.
Kemudian pada 2005, Israel menarik pasukannya serta pemukiman Yahudi dari Jalur Gaza. Setahun kemudian kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza setelah memenangkan pemilu di Palestina.
Khawatir dengan pengaruh Hamas yang semakin menguat, Israel melancarkan serangan udara selama sebulan penuh dengan nama operation cast lead. Israel beralasan Hamas kerap meluncurkan roket ke wilayah mereka. Akibat serangan itu, lebih dari 1.300 penduduk Gaza tewas.
Kemudian pada awal 2014 ini, pemerintah Palestina yang dikuasai faksi Fatah di Tepi Barat mencapai kesepakatan rekonsiliasi dengan Hamas yang menguasai Jalur Gaza. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Israel akan kekuatan 2 faksi Palestina tersebut.
Sejak awal Juli, Israel kembali menggempur Jalur Gaza dengan alasan 3 warga mereka telah diculik Hamas. Israel melakukan serangan udara besar-besaran. Ironisnya, sebagian besar korban serangan ini justru merupakan warga sipil, wanita, dan anak-anak. Kini ribuan pasukan Israel tengah menyiapkan serangan darat dan siap menginvasi kembali Jalur Gaza.
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri.
Sejak negara Israel berdiri pada 14 Mei 1948, wilayah Palestina khususnya Jalur Gaza terus bergolak. Wilayah seluas 365 kilometer persegi ini seolah menjadi penjara besar bagi sekitar 1,7 juta bangsa Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.
Jalur Gaza diduduki oleh Israel sejak tahun 1967 setelah memenangkan perang Arab-Israel. Israel yang didukung Amerika Serikat mengalahkan 3 negara Arab yaitu Mesir, Suriah, dan Yordania dengan hanya dalam waktu 6 hari.
Selain jalur Gaza, Israel juga merebut wilayah Yerusalem Timur, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan. Setelah melalui berbagai perundingan perdamaian, Israel dan organisasi pembebasan Palestina (PLO) pada 1993 sepakat untuk mengakui kedaulatan masing-masing dan dibentuk otoritas Palestina.
Dengan datangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara besar-besaran, Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.  
Pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir.
Jadi, Israel menyerang palestina untuk memperluas wilayahnya dan mendapatkan wilayah-wilayah yg di inginkannya, termasuk Jalur Gaza.

Opini

Menurut pendapat saya tentang Menghadapi kasus Israel – Palestina, dunia Internasional telah mencoba mendiskusikan jalan terbaik bagi keduanya. Pada tahun 2002 para pemimpin Arab yang tergabung dalam organisasi Liga Arab mengajukan proposal penyelesain kasus Israel. Dalam proposal tersebut, Israel dituntut untuk mengembalikan wilayah teritori Arab ke garis yang yang disepakati pada 4 Juni 1967, yaitu Dataran tinggi Golan Syiria dan selatanLibanon, mencapai solusi yang adil untuk masalah pengungsi Palestina sesuai resolusi Majlis Umum PBB nomer 149, dan menyetujui terbentuknya Negara Palestina yang berdaulat dengan garis teritori 4 Juni 1967 yang meliputi Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Saat ini, tercatat setidaknya ada 1.25 juta orang Arab Palestina telah diserap menjadi warga Negara Israel. Namun, disisi lain, pengungsi Palestina tidak diserap oleh Negara-negara Arab dan dibiarkan begitu saja bergelut dengan kehidupan tanpa makna. Padahal, Israel tidak pernah menuntut hak kembali bagi orang-orang Yahudi yang telah terusir dari tanahnya yang sah, bahkan juga tak pernah menuntut kompensasi atas harta benda mereka yang terampas di Negara-negara Arab. Sehingga menurut Israel, permintaan untuk hak kembali Palestina adalah upaya mendistorsi sejarah dan mengalihkan tanggung jawab seluruh konflik Israel-Arab ke mereka.

Dilihat dari sisi Palestina, isu yang menjadi brand utama perjuangan adalah tentang kejahatan perang Israel terhadap mereka, tentang puluhan ribu nyawa melayang juga pendertitaan pengungsian akibat konflik keduanya. Korban nyawa yang diderita oleh bangsa Arab ini tentu menciptakan permusahan bagi Israel. Akan tetapi, menurut Israel persoalan sebenarnya adalah bukan tentang kepedulian Negara-negara Arab terhadap kejahatan perang itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar