Konflik Palestina- Israel di jalur Gaza
Konflik Israel-Palestina, bagian dari konflik
Arab-Israel yang lebih luas, adalah konflik yang berlanjut antara bangsa Israel
dan bangsa Palestina.
Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik
dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh
orang Yahudi yang berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama,
sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua
komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan
penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian
menganjurkan solusi dua negara, dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua
bangsa dengan satu negara sekular.
Israel adalah negara yg didirikan untuk kaum Yahudi.
Kaum Yahudi adalah kaum yang tidak memiliki tanah air dan tersebar d seluruh
penjuru dunia.Karena kasus Holocoust yg dialami kaum yahudi oleh Nazi Jerman, d
putuskan memberikan tempat bagi kaum yahudi untuk bertempat tinggal.
Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya
pada 1948, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan
kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan
dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Oleh Inggris mereka ditawarkan
untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi
mrk lebih memilih Palestina. Sejak awal Israel sudah tidak diterima
kehadirannya di Palestina, bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena
merasa memiliki keterikatan historis dengan Palestina , akhirnya mereka berbondong-bondong
datang ke Palestina.
Kemudian pada 2005, Israel menarik pasukannya serta
pemukiman Yahudi dari Jalur Gaza. Setahun kemudian kelompok Hamas menguasai
Jalur Gaza setelah memenangkan pemilu di Palestina.
Khawatir dengan pengaruh Hamas yang semakin menguat,
Israel melancarkan serangan udara selama sebulan penuh dengan nama operation
cast lead. Israel beralasan Hamas kerap meluncurkan roket ke wilayah mereka.
Akibat serangan itu, lebih dari 1.300 penduduk Gaza tewas.
Kemudian pada awal 2014 ini, pemerintah Palestina
yang dikuasai faksi Fatah di Tepi Barat mencapai kesepakatan rekonsiliasi
dengan Hamas yang menguasai Jalur Gaza. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Israel
akan kekuatan 2 faksi Palestina tersebut.
Sejak awal Juli, Israel kembali menggempur Jalur
Gaza dengan alasan 3 warga mereka telah diculik Hamas. Israel melakukan
serangan udara besar-besaran. Ironisnya, sebagian besar korban serangan ini
justru merupakan warga sipil, wanita, dan anak-anak. Kini ribuan pasukan Israel
tengah menyiapkan serangan darat dan siap menginvasi kembali Jalur Gaza.
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah 31
tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan
berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria),
Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Sampai sekarang perdamaian sepertinya
jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan
Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina
sendiri.
Sejak negara Israel berdiri pada 14 Mei 1948,
wilayah Palestina khususnya Jalur Gaza terus bergolak. Wilayah seluas 365
kilometer persegi ini seolah menjadi penjara besar bagi sekitar 1,7 juta bangsa
Palestina yang tinggal di wilayah tersebut.
Jalur Gaza diduduki oleh Israel sejak tahun 1967
setelah memenangkan perang Arab-Israel. Israel yang didukung Amerika Serikat
mengalahkan 3 negara Arab yaitu Mesir, Suriah, dan Yordania dengan hanya dalam
waktu 6 hari.
Selain jalur Gaza, Israel juga merebut wilayah
Yerusalem Timur, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan.
Setelah melalui berbagai perundingan perdamaian, Israel dan organisasi
pembebasan Palestina (PLO) pada 1993 sepakat untuk mengakui kedaulatan masing-masing
dan dibentuk otoritas Palestina.
Dengan datangannya bangsa Yahudi ke Palestina secara
besar-besaran, Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh
pendatang Yahudi. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai
merebak.
Pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke
tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan
Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi.
Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang
disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir.
Jadi, Israel menyerang palestina untuk memperluas
wilayahnya dan mendapatkan wilayah-wilayah yg di inginkannya, termasuk Jalur
Gaza.
Opini
Menurut pendapat saya tentang Menghadapi kasus
Israel – Palestina, dunia Internasional telah mencoba mendiskusikan jalan
terbaik bagi keduanya. Pada tahun 2002 para pemimpin Arab yang tergabung dalam
organisasi Liga Arab mengajukan proposal penyelesain kasus Israel. Dalam
proposal tersebut, Israel dituntut untuk mengembalikan wilayah teritori Arab ke
garis yang yang disepakati pada 4 Juni 1967, yaitu Dataran tinggi Golan Syiria
dan selatanLibanon, mencapai solusi yang adil untuk masalah pengungsi Palestina
sesuai resolusi Majlis Umum PBB nomer 149, dan menyetujui terbentuknya Negara
Palestina yang berdaulat dengan garis teritori 4 Juni 1967 yang meliputi Tepi
Barat dan Jalur Gaza, serta Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Saat ini, tercatat setidaknya ada 1.25 juta orang
Arab Palestina telah diserap menjadi warga Negara Israel. Namun, disisi lain,
pengungsi Palestina tidak diserap oleh Negara-negara Arab dan dibiarkan begitu
saja bergelut dengan kehidupan tanpa makna. Padahal, Israel tidak pernah
menuntut hak kembali bagi orang-orang Yahudi yang telah terusir dari tanahnya
yang sah, bahkan juga tak pernah menuntut kompensasi atas harta benda mereka
yang terampas di Negara-negara Arab. Sehingga menurut Israel, permintaan untuk
hak kembali Palestina adalah upaya mendistorsi sejarah dan mengalihkan tanggung
jawab seluruh konflik Israel-Arab ke mereka.
Dilihat dari sisi Palestina, isu yang menjadi brand
utama perjuangan adalah tentang kejahatan perang Israel terhadap mereka,
tentang puluhan ribu nyawa melayang juga pendertitaan pengungsian akibat konflik
keduanya. Korban nyawa yang diderita oleh bangsa Arab ini tentu menciptakan
permusahan bagi Israel. Akan tetapi, menurut Israel persoalan sebenarnya adalah
bukan tentang kepedulian Negara-negara Arab terhadap kejahatan perang itu
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar